Pesan Rosulullah kepada Abu Dzar al Ghifari | Buletin Jumat 2022
Abu Dzar al-Ghifari pernah berdialog dengan Rosulullah Sallallahu ‘alaihi wasallam. Dalam dialog tersebut Abu Dzar al Ghifari memohon agar Rosulullah Sallallahu ‘alaihi wasallam memberian kepadanya beberapa wasiat, maka Rosulullah pun memberikan delapan nasehat berharga kepadanya.
Abu Dzar AlGhifari berkata kepada Rosulullah Sallallahu
‘alaihi wasallam: “Wahai Rasulullah, berwasiatlah kepadaku.” Maka
Rosulullah Sallallahu ‘alaihi wasallam pun bersabda :
1. “Aku wasiatkan kepadamu untuk bertaqwa kepada Allah, karena ia adalah pokok segala urusan.”
Taqwa adalah menjalankan segala perintah Allah SWT, baik perintah untuk melaksanakan
maupun perintah untuk meninggalkan. Taqwa merupakan
puncak dari segala aktivitas ibadah seorang hamba yang berkaitan dengan Iman,
Islam dan Ihsan. QS. Al Baqorah
: 2-4 menjelaskan kriteria seorang muttaqin yaitu orang-orang
yang beriman kepada Allah, selalu mendirikan sholat dan menginfakkan sebagian
harta mereka di jalan Allah.
Abu Dzar kembali meminta “Ya
Rasulallah tambahkanlah, wasiat apalagi yang penting setelah taqwa?” Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wasallam menjawab :
2. “Hendaklah engkau senantiasa membaca Al Qur`an dan berdzikir kepada
Allah, karena keduanya merupakan cahaya bagimu di bumi dan simpananmu di langit.”
Membaca al Quran dan berdzikir kepada Allah diibaratkan deposito
berharga dalam kehidupan dunia, bunganya dapat digunakan untuk menerangi
perjalanan kita di dunia, sedangkan tabungannya akan menjadi aset masa depan di
Abu Dzar pun berkata “Ya Rasulullah, tambahkanlah.”
Rasulullah menjawab :
3. “Janganlah engkau banyak tertawa, karena banyak tawa akan mematikan hati
dan menghilangkan cahaya wajah.”
Tertawa bagi kita merupakan hal sepele, namun Rasulullah
SAW melihat tertawa sebagai sesuatu yang memiliki dampak psikologis dalam jiwa
manusia. Kebanyakan tertawa akan melupakan segala kewajiban sebagai seorang
hamba. Rosulullah mengajarkan tawa yang digambarkan dalam sebuah hadits,
Abdullah bin al Harits yang mengatakan, ”Tertawanya Rasulullah SAW hanya
sekedar senyum.” (HR. Tirmidzi), dan sabda
Rasulullah, “Senyummu kepada saudaramu merupakan sedekah.” (HR.
Tirmidzi).
Abu Dzar kembali berkata: “apa lagi ya Rasulullah.?” Rasulullah SAW menjawab:
4. “Hendaklah engkau berjihad karena jihad adalah kependetaan ummatku.”
Secara harfiah Jihad adalah bersungguh-sungguh. Jihad terbesar dalam kehidupan kita adalah
berjihad dalam mengendalikan hawa nafsu. Ketika selepas perang Badar Rasulullah
SAW berkata kepada para sahabatnya “Kita baru saja kembali dari jihad kecil
menuju jihad yang besar.” Para sahabat pun kaget dan bertanya, “Apakah jihad besar itu ya Rosulallah?, Rosulullah menjawab, “Jihaad al-qalbi (jihad hati).’ Dalam riwayat
lain disebutkan jihad al-nafs”.
Abu Dzar pun kembali meminta “Apa lagi ya Rasulullah?”
Rasulullah SAW menjawab
5. “Cintailah orang-orang miskin dan bersahabatlah dengan mereka.”
Mencintai dan bersahabat dengan orang miskin merupakan manifestasi dari
kemanusiaan seorang hamba. Allah SWT berfirman “Dan berbuat baiklah kepada kedua
ibu bapak, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang
dekat dan tetangga yang jauh {294}, dan teman sejawat, ibnu sabil {295} dan
hamba sahayamu.” (An-Nisa’ : 36)
Lalu Abu Dzar pun berkata “Tambah lagi ya Rosulullah.” Rasulullah
SAW menjawab
6. “Katakanlah yang benar walaupun pahit akibatnya.”
Kepentingan manusia sering menjadikan kebenaran membias, di zaman ini kita
sulit untuk membedakan mana hak dan bathil, seseorang akan berargumen dengan
berbagai alasan pembenaran untuk membernarkan sesuatu yang salah dalam
pandangan hukum agama.
Dalam kondisi demikian menyampaikan kebenaran merupakan hal mutlak yang harus dilakukan oleh seorang hamba, Rasulullah bersabda, “Barangsiapa diantara kalian melihat suatu kemunkaran maka ubahlah dengan tangan (kekuasaan) mu, jika kamu tidak mampu maka ubahlah dengan lisanmu, dan jika tidak mampu juga (maka ubahlah) dengan pengingkaran hatimu, dan disinilah letak lemahnya keimanan seseorang”.
Abu Dzar pun berkata, “tambahkan
lagi untukku!.” Rasulullah pun menjawab :
7. “Hendaklah engkau sampaikan kepada manusia apa yang telah engkau ketahui
dan mereka belum mendapatkan apa yang engkau sampaikan. Cukup sebagai
kekurangan bagimu jika engkau tidak mengetahui apa yang telah diketahui manusia
dan engkau membawa sesuatu yang telah mereka dapati (ketahui).”
Salah satu tanggungjawab seseorang yang mengaku beriman
kepada Allah dan hari akhir adalah selalu menasihati dalam hal kabajikan.
Sebagaimana firman Allah “dan orang-orang yang saling menasihati akan
kebenaran...” (QS. Al Asr : 3)
Kemudian Rosul memukulkan
tangannya ke dadaku seraya bersabda:
8. “Wahai Abu Dzar, Tidaklah ada orang yang berakal sebagaimana orang yang mau
berfikir, tidak ada wara` sebagaimana orang yang menahan diri (dari meminta),
dan tidaklah disebut menghitung diri sebagaimana orang yang baik akhlaqnya.”
Itulah delapan wasiat emas yang disampaikan Rasulullah SAW kepada salah seorang sahabat terdekatnya. Semoga kita dapat meresapi dan mengamalkan wasiat beliau. Wallahu a’lam bissawab
Tidak ada komentar
Terimakasih telah singgah. Silahkan tinggalkan komentar. Semoga artikel ini bermanfaat untuk anda.